Jayapura,- Isu perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan saat ini menjadi isu sentral yang tengah didiskusikan. Hal ini menyebabkan pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk turut berkontribusi terhadap upaya penurunan emisi CO2 hingga tahun 2020.
Sebagai upaya peningkatan pemahaman dan peran mahasiswa, maka pada Kamis, 02 Juli 2020 berlangsung kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan perwakilan mahasiswa dari 4 perguruan tinggi yakni Universitas Cenderawasih, Universitas Ottow Geissler, Universtitas Yapis, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ), serta perwakilan mahasiwa pecinta alam (Mapala) Universitas Yapis dan Mapala USTJ.
Menurut Hutri Jewi, “Salah satu tujuan kegiatan ini adalah Meningkatnya pemahaman mahasiswa terhadap isu-isu lingkungan dan perubahan iklim. Karena selama ini keterlibatan dan peran mahasiwa terhadap isu lingkungan masih minim”. Ditambahkannya menurut Hutri bahwa mahasiswa adalah agen perubahan dan mempunya prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi, tentu berdasarkan ini perlu memberikan pemahaman kepada mahasiswa/i agar lebih peduli terhadap isu lingkungan dan perubahan iklim. Dalam kegiatan ini juga terdapatnya 5 perwakilan perempuan dari total peserta 26 orang.
Salah seorang peserta yakni Yakson Orban mengakui bahwa selama ini para mahasiswa/i sangat membutuhan informasi dan data terkait isu lingkungan. “ Kami sangat berterima kasih kepada WALHI Papua ada kesempatan ini. Semoga ini jadi langkah awal kita bersama dalam kedepannya menyelamatkan lingkungan dan peduli perubahan iklim bersama mahasiswa di Kota Jayapura”.
Diharapkan kedepan akan terdapat sinergitas yang kuat antara mahasiwa/i dengan WALHI Papua dalam menyikapi isu lingkungan dan perubahan iklim ungkap Direktur ED WALHI Papua, Aiesh Rumbekwan. “Kami berharap kedepan bahwa peran mahasiswa dan pemuda akan lebih banyak memberikan perhatian kepada persoalan lingkungan dan perubahan iklim”.
Kegiatan FGD diisi dengan narasumber Dr. Frans Reumi, S.H, M.Hum (Akademisi Uncen) , Denny Yomaki, Direktur YALI Papua; Naomi Marasian , Direktris pt.PPMA Papua.
Beberapa kesimpulan dalam “FGD Memperkuat Peran Mahasiwa Dalam Menyikapi Isu Perubahan Iklim” adalah sebagai berikut;
- Berbicara tentang hak masyarakat adat dalam pengolaan suber daya alam di Papua, ada dua hal yang penting untuk diperhatikan, yaitu; 1) Apa itu Masyarakat Hukum Adat – Di Papua masyarakat adat sendiri sebenarnya di wilayah-wilayah adatnya mempunyai peraturan-peraturan masing-masing yang terkait wilayahnya maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan sumber daya alamnya. 2) Di dalam kerangka Negara, ada sekian banyak aturan yang juga mengatur sumber daya alam yang sama yang dikuasai oleh masyarakat adat dan rupanya di Indonesia sendiri pengaturan terkait hak-hak masyarakat adat sendiri masih cukup lemah. 3) Meskipun Papua mempunyai Undang-Undang Otonomi Khusus tetapi di saat yang sama Papua juga diperlakukan Undang-Undang Pemerintah Daerah. Jadi kita jalan diatas dua (2) peraturan sehingga memang didalam pelaksanaannya masih ada banyak sekali kendala. Lalu di Otonomi Khususnya sendiri kita lihat ada turunan Otsus sendiri yaitu Perdasi dan Perdasus, tetapi dalam pelaksanaannya sudah jauh lebih rumit lagi karena memang sudah berangkat dari sekian banyak masalah. Jadi, sepertinya persoalan hak masyarakat adat di Papua ada di berbagai level sehingga sebelum kita bergerak untuk mengangkat isu-isu kita harus memahami terlebih dahulu agar dapat rumuskan langkah-langkah apa yang akan diambil.
- Peran Mahasiswa sangat penting. Jadi mahasiswa harus membuat kelompok-kelompok kecil dan minta diskusi dengan instansi-instansi (DPR, MPR), Lembaga-Lembaga Pemerintahan maupun Non- Pemerintahan (LSM) yang berkaitan dengan permasalahan di Papua agar aspirasi-aspirasi yang lebih sehat, lebih hidup bisa disampaikan disitu.
- Mahasiswa bersama-sama dengan kawan-kawan di WALHI ED Papua adalah Agen Perubahan atau Agent of Change.
Ada banyak rekomendasi dan saran yang harus di tindaklanjuti dan dari pertemuan ini semoga ada satu hasil rumusan yang bisa dipakai sebagai dasar kita bersama untuk bergerak.
Dalam kegiatan ini, WALHI Papua juga menerapkan protokol Pencegahan COVID19, dimana peserta, narasumber dan panitia diantaranya 1) Wajib Menggunakan Masker selama kegiatan. 2) Memakai cairan Hand sanitizer sebelum masuk ruangan.3)Menggunakan Pelindung Wajah/Facehield. 4) Dan dalam kegiatan, diharapkan narasumber, peserta dan panitia melakukan jaga jarak fisik (physical distancing) antar 1-2 meter. Dan melakukan cuci tangan pakai sabun saat akan memasuki ruangan. (Wii)