Hari Lingkungan Hidup, WALHI Papua Soroti Masalah Sampah dan Banjir di Tanah Papua

0
7
Tumpukan sampah di kali Acai Jayapura - Dok

WALHI PAPUA – Memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni 2025, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Papua menyoroti persoalan sampah dan banjir yang masih menjadi masalah serius di sejumlah wilayah di Tanah Papua. WALHI menyebut, lemahnya peran pemerintah daerah dan kurangnya edukasi kepada masyarakat menjadi penyebab utama.

Direktur Eksekutif Daerah WALHI Papua, Maikel Primus Peuki, menekankan bahwa pengelolaan lingkungan masih belum menjadi prioritas bagi banyak pihak.

“Lingkungan kerap dianggap sebagai isu pinggiran. Padahal, persoalan seperti sampah dan banjir merupakan ancaman nyata yang terjadi setiap hari,” ujar Maikel.

Ia mendorong pemerintah kota dan kabupaten di Tanah Papua untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran daerah dalam penanganan sampah, terutama di kota-kota besar seperti Jayapura, Sorong, Nabire, Manokwari, Wamena, dan Merauke.

“Kota Jayapura menjadi contoh nyata. Masalah sampah di kota ini sudah sangat mengkhawatirkan,” tambahnya.

Menurut data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Jayapura, timbulan sampah di kota tersebut mencapai 242 ton per hari. Sampah rumah tangga disebut sebagai penyumbang terbesar, diikuti oleh sampah pasar.

Berikut sejumlah poin yang disoroti WALHI terkait kondisi pengelolaan sampah di Kota Jayapura:

  • Timbunan Sampah: Rata-rata timbulan mencapai 241–242 ton per hari.

  • Sumber Sampah: Didominasi sampah rumah tangga dan pasar.

  • Proses Pengangkutan: Petugas kebersihan di Pasar Induk Youtefa mengangkut sampah belasan kali setiap hari ke Tempat Penampungan Sementara (TPS), sebelum dipindahkan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Koya Koso.

  • Dampak Kesehatan: Penumpukan sampah berpotensi memicu berbagai penyakit, seperti demam berdarah.

  • Upaya Pemerintah: Pemerintah Kota Jayapura terus mendorong masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan dan meningkatkan pemanfaatan kembali sampah rumah tangga.

  • Kolaborasi: WALHI mengajak pemerintah untuk melibatkan komunitas dan pegiat lingkungan dalam penanganan jangka panjang.

  • Perubahan Perilaku: Perilaku warga yang masih membuang sampah sembarangan memperburuk situasi.

Maikel menegaskan bahwa solusi terhadap masalah ini membutuhkan pendekatan yang berkelanjutan dan melibatkan semua pihak.

“Pemerintah perlu membuka ruang kolaborasi dan serius membangun kesadaran publik, memperkuat infrastruktur pengelolaan sampah, serta menjalin kerja sama lintas sektor,” pungkasnya.(*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here