Sebagai gerakan Advokasi lingkungan hidup dan HAM di Indonesia, WALHI dibangun melalui kerja-kerja penyadaran publik, advokasi kebijakan dan tak kalah penting adalah pembangunan basis-basis massa sehingga mempunyai kesadaran kritis akan haknya sebagai warga negara.
Kegiatan Pendidikan Kepemimpinan WALHI di buka oleh Eksekutif Direktur (ED) WALHI Papua, Aiesh Rumbekwan pada 24 Februari 2020. Menurut Aiesh Rumbekwan selama empat puluh tahun beradvokasi dan membangun gerakan, WALHI kaya akan pengalaman. Hal ini menumbuhkan kesadaran bahwa persoalan-persoalan lingkungan hidup tidaklah dapat dipandang berdiri sendiri, namun sangat dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan ekonomi politik baik ditingkat lokal nasional dan global, sehingga gerakan lingkungan harus terus meluas dan masif.
Aiesh Rumbekwan menambahkan , WALHI sadar bahwa perjuangan ini akan bersifat jangka panjang, sehingga penting melakukan persiapan-persiapan kader penerus secara berkelanjutan melalui pendidikan. Kader yang paham dan mengamalkan nilai-nilai WALHI, arah perjuangan dan cara WALHI berjuang. Oleh karenanya pendidikan bukan hanya harus dilakukan untuk publik luas, namun harus pula dilakukan untuk anggota dan para fungsionarisnya.
Aiesh Rumbekwan berharap Kedepan kader-kader WALHI di Papua akan menghadapi problem lingkungan yang semakin kompleks. “Kerusakan lingkungan akibat pertambang semakin bertambah, demikian pula akibat ekspansi perkebunan besar kelapa sawit, penebangan hutan dan alih fungsi lahan menjadi sebab semakin banyaknya terjadi bencana ekologis,” ujar Aiesh Rumbekwan
Seperti kita ketahui bahwa di Papua, meningkatnya deforetasi terjadi karena massifnya ekspansi perkebunan kelapa sawit. Saat ini luas kawasan hutan yang telah dilepaskan untuk perusahaan perkebunan kelapa sawit sebesar 1.342.276 ha atau lebih luas dua kali dari Provinsi DKI Jakarta. Kawasan hutan yang bernilai konservasi tinggi dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, terjadi kebakaran hutan dan lahan, hilangnya hutan, yang menjadi penyebab meningkatnya emisi gas rumah kaca. Kehadiran industri perkebunan kelapa sawit telah menciptakan berbagai masalah sosial yang serius, masyarakat kehilangan tanah dalam skala luas. Kepentingan ekonomi tanpa memperhatikan kehidupan sosial dan lingkungan adalah sesuatu yang naif. Hutan mempunyai fungsi dan manfaat bagi manusia. Karena kehidupan tidak dapat diukur dari minyak kelapa sawit, kehidupan diukur dari keadilan sosial dan adanya daya dukung lingkungan yang baik.
Tujuan dari pada kegiatan PKW – II adalah 1) Penguatan kapasitas kader/anggota WALHI Papua. 2)Untuk melahirkan kader-kader rakyat yang pro lingkungan 3) Mentransformasi pengetahuan Ekologi politik di Papua.
Pendidikan Kepemimpinan WALHI (PKW-II) difasilitasi oleh Islah dari EN WALHI, sementara Narasumber berasal dari Eksekutif Nasional, Dewan Nasional, Dewan Daerah serta beberapa Narasumber lainnya. Sementara itu, peserta kegiatan ini terdiri dari anggota, aktifis WALHI, Eksekutif Daerah, lembaga jaringan, dan komunitas yang secara keseluruhan berjumlah 17 orang orang. (Wii)